Jumat, 21 Mei 2010

LapoRan EKoLogi Tanaman

TRANSEK VEGETASI BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT
DAN PENGAMATAN FAKTOR LINGKUNGAN

logo unsoed






                                                                    



Disusun oleh:
Nama                     : Septi Wardani A.W
NIM                       : A1L008010
Kelompok               : 4
Nama dosen            : Ahadiyat Yugi R. S.P., M.Si., D.Tech.Sc
Nama asisten                    : Umi barokah
  Ahmad Yozar
Tanggal praktikum    :18 April 2010


KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS  JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010


I.             PENDAHULUAN
                                             

A.    A. Latar belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau (sebagian besar berupa pulau-pulau kecil) sesungguhnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial) terutama sumberdaya hutan yang belum banyak diketahui dan tergali. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi perubahan ekosistem akibat pembukaan hutan untuk dialihkan menjadi areal perkebunan. Dalam perkembangan selanjutnya akibat pertambahan jumlah penduduk, perluasan pemukiman serta kegiatan industri, pariwisata dan transportasi laut, pulau kecil ini menghadapi tekanan berat berupa pembukaan hutan untuk dieksploitasi sumberdaya alamnya. Pembukaan hutan yang tidak terkendali telah menyebabkan sebagian areal hutan rusak. Kerusakan ini tampaknya tidak terhindarkan dan semakin lama semakin luas.
Hubungan antara manusia dan lingkungan alam bagi masyarakat pedesaan sangatlah erat. Mata pencaharian mereka adalah mengolah alam secara langsung. Sehingga keadaan alam dan sumber- sumber daya akan sangat menentukan keadaan mereka. Rapatnnya hubungan timbal balik antara kehidupan masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu dipahami dan mengembangkan program bersama masyarakat. Dengan terknik pemetaan, diperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat bersama masalah- masalah, perubahan- perubahan keadaan, potensi- potensi yang ada. Sedangkan untuk mengamati secara langsung keadaan lingkungan dan sumber daya tersebut, dugunakan teknik penelusuran lokasi (transek).



B.   B.  Tujuan
Untuk menganalisis distribusi dan jenis tanaman yang dibudidayakan berdasarkan ketinggian tempat yang berbeda serta pengamatan terhadap factor- factor lingkungannya.


II.           BAHAN DAN ALAT


A.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tempat yang diamati dan  vegetasinya.

B.    Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah penggaris, tali, alat tulis, spidol warna warni, kertas palano, solarimeter, hygrometer, thermometer, pH meter.


III.         PROSEDUR KERJA



1. Persiapan
Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan adalah mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk menentukan kapan dan dimana akan berkumpul. Juga dipersiapkan alat- alat tulis, kertas lebar (palano), karton warna- warni, kertas berwarna, lem spidol warna warna warni.
Peserta terdiri dari staf pengajar mata kuliah ekologi tanaman, asisten praktikum dan praktikan, untuk memudahkan saat praktek hendaknya melibatkan masyarakat yang menjadi petunjuk jalan.petani akan menjadi nara sumber yang memahami hal- hal yang sudah diperkirakan akan dikaji dalam kegiatan transek ini terutama masalah- masalah teknis pertanian.
2. Pelaksanaan
1.    Sebelum berangkat, dibahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
2.    Menyepakati bersama praktikan lokasi- lokasi penting yang akan dikunjungi serta topic- topic kajian yang akan dilakukan. Setelah itu sepakati lintasan penelusuran.
3.    Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita berada saat itu.
4.    Melakukan perjalanan dan mengamatikeadaan disepanjang perjalanan. Membiarkan masyarakat menunjukkan hal- hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Dfiskusikan keadaan sumber tersebut dan mengamati dengan seksama.
5.    Mencatat hasil diskusi di setiap titik pengamatan.
C.    Setelah perjalanan
Bisa selama berhenti di lokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat untuk setiap bagan lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah seluruh lintasan ditelusuri. Langkah- langkah kegiatannya aalah sebagai berikut:
1.    Jelaskan cara pembuatan bagan
2.    Sepakati symbol- symbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan transek. Catat symbol- symbol tersebut beserta artinya disudut kertas. Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik.
3.    Selama penggam,baran perhatikan :
a.    Perkirakan ketinggian ( naik turun permukaan bumi )
b.    Perkirakaan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lain.
4.    Pergunakan hasil gambar transek tersebiut untuk mendiskusikan lebih lanjut permasalaham dan potensi.
5.    Membuat catatan- catatan hasil diskusi.
Kegiatan ini lebih baik dilakukan pada pagi hari dan cuaca cerah. Kegiatan ini memerlukan waktu 2- 3 jam atau bahkan lebih perjalanan, tergantung panjang lintasan yang ditelusuri, ditambah 2- 3 jam pembuatan bagan dan diskusi lanjutan, karena waktu kegiatan yang cukup panjang, persiapan dan persetujuan dengan masyarakat (pendamping) perlu dilakukan. Hujan akan merupakan hambatan yang cukup serius dalam kegiatan teknik penelusuran lokasi ini, oleh karena itu cuaca harus benar- benar diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan penelusuran lokasi ini.  

IV.          HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA


 TerLampir


V.            PEMBAHASAN

Transek adalah gambar irisan muka bumi bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkunganuntuk mengenali dan mengamati wilayah- wilayah ekologi. Teknik transek adalah teknik untuk melakukan pengamatan secara langsunglingkungan dan sumber daya, dengan cara berjalan menelusuri suatu wilayah mengikuti suatu lintasan tertentu.
          Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen.Terdapat 3 metode transek:
1.    Metode Line Intercept (line transect)
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah.  
2.    Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan.
Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. 
3.    Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
Praktikum kali ini menggunakan metode line intercept (line transect)yaitu dengan cara mencari lokasi yang akan diamati, kemudian membagi menjadi beberapa segmen- segmen (bagian bawah, tengah, dan atas). Kemudian mengamati daerah- daerah tersebut yaitu mengamati jenis tanaman, pola tanam, jarak tanam, pH tanah, dominasi tanaman, tekstur tanah, kelembaban, ketinggian tempat, suhu, luas area, kemiringan, intensitas cahaya, dan warna tanah. Pengamatan setiap lokasi di bagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian bawah I, bawah II, bawah III, tengah I, tengah II, tengah III, atas I, atas II, dan atas III.
Pengamatan lokasi bawah I terdapat jenis tanaman tomat dan timun. Pola tanamnya tumpangsari. Jarak tanam 60 x 45 cm, pH tanahnya 6,2, dominasi tanaman yaitu tanaman tomat, tekstur tanahnya remah, kelembaban udaranya 53° dan kelembaban tanahnya 50°. Ketinggian gtempatnya 310 dpl, suhunya26°C, luas areanya 0,05 hektar, kemiringannya 11,1%, intensitas cahaya padatomat 42 lux sedangkan pada timun 172 lux, dan warna tanahnya coklat. Lokasi bawah II terdapat jenis tanaman singkong, pola tanamnya monokultur, jarak tanamnya 90 x 60cm, pH tanahnya 6,7, dominasi tanaman adalah singkong, tekstur tanahnya remah, kelembaban udaranya 51° dan kelembaban tanahnya adalah 30 °, Ketinggian tempatnya 310 dpl, suhunya 26°C, luas areanya 0,105 hektar, kemiringannya 11,1%, intensitas cahayanya 97 lux, dan warna tanahnya coklat. Pada lokasi bawah III sama dengan lokasi bawah II.
Budidaya timun pada lokasi yang tepat yaitu ditanam pada tanah yang gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, dan tanah mudah meresap air, iklim yang cocok terdapat pada iklim kering, cukup sinar ,matahari, temperaturnya 21,1- 26,7°C dan tidak banyak hujan, pada ketinggian 1000- 1200 mdpl. Sedangkan pada budidaya tomat yaitu  ditanam di dataran rendah atau dataran tinggi, Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 – 6, Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian, Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman. Pola Tanamnya dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu.
Budidaya tanaman singkong yang tepat, tanaman ini tumbuh optimal pada ketinggian antara 10-700m dpl. Tanah yang  sesuai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak liat juga tidak poros. Selain itu kaya akan unsure hara.  Jenis tanah yang sesuai adalah tanah alluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Sementara itu pH yang dibutuhkan antara 4,5-8, dan untuk pH idealnya adalah 5,8. Curah hujan yang yang diperlukan antara 1.500 – 2500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuuk tanaman antara 60%-65%. Suhu udara minimal 10’C. Kebutuhan akan sinar matahari sekitar 10 jam tiap hari, hidup tanpa naungan. Jadi, budidaya pada tanaman timun, budidaya tomat dan tanaman singkong pada lokasi tersebut cocok untuk pertanamam timun, tomat, dan singkong.
Pengamatan lokasi tengah I terdapat jenis tanaman kacang panjang, pola tanamnya monokultur, jarak tanam 50 x 40 cm, pH tananhnya 5,2, dominasi tanamannya adalah tanaman kacang panjang, tekstur tanahnya remah, kelembabannya 35°, ketinggian tempatnya 357 dpl, suhunya 25°C, luas areanya 0,21 ha, kemiringannya 2,2%, intensitas cahayanya 250 lux, dan warna tanahnya coklat. Lokasi tengah II terdapat jenis tanaman padi dan bawang merah. Pola tanamnya yaitu tumpang sari, jarak tanam padi 8x10cm, pH tanahnya adalah 5,9, dominasi tanamannya adalah padi, tekstur tanahnya remah, kelembabannya 30°, ketinggian tempat 357 dpl, suhunya 25°, luas areanya 0,35ha, kemiringannnya 2,2%, intensitas cahayanya 250 lux, dan warna tanahnya coklat. Lokasi tengah III terdapat jenis tanaman jagung, cabai, dan cesin. Pola pertanamannya pada jagung monokultur sedangkan cabai dan cesin adalah tumpang sari. Jarak tanam pada jagung 60x70cm, cabai 30x40cm, dan 10x15cm. pH tanahnya 5,5, dominasi tanamannnya adalah cabai, tekstur tanahnya remah, kelembabannya 29 °, ketinggian tempat 357 dpl, suhu 25 °C, luas areanya 0,112ha, kemiringannya 2,2%, intensitas cahayanya 250 lux, dan warna tanahnya coklat.
Budidaya tanaman kacang panjang, tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30°C, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl. Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm, dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai.
Tanaman padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperature 19-27°C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7. Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan.
Tanaman Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400` mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-30 °C. Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron.
Syarat tumbuh tanaman jagung yang ideal yaitu Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23°C - 30°C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. Jarak tanamnya 40x100cm.
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll. Tanaman cesin merupakan salah satu tanaman sayran dataran tinggi.
Jadi, pada lokasi tengah I cocok ditanami kacang panjang, karena sesuai dengan syarat tumbuh ideal bagi kacang panjang. Sedangkan pada lokasi tengah II juga cocok ditanami padi dan bawang merah. Tetapi jarak tanam padi kurang sesuai, seharusnya jarak tanam yang ideal adalah 25x25cm. pada bawang merah ketinggian yang ideal adalah 0-400 mdpl. Pada lokasi tengah III, tanaman jagung memenuhi syarat untuk tumbuh, tetapi jarak tanamnya kurang sesuai seharusnya 40x100cm, ketinggian tempatnya juga kurang sesuai seharusnya 1000-1800 mdpl.sedangkan pada tanaman cabai dan cesin,lokasi ini memenuhi syarat untuk tumbuh.
Pengamatan lokasi atas I terdapat jenis tanaman albasia, Durian, Nilam, Cesin. Pola tanamnya tumpang sari, jarak tanam albesia 2x2m, Durian 5x5m, Nilam 50x110cm. pH tanahnya adalah 7, dominasi tanamannya Nilam, tekstur tanahnya lempung berpasir, kelembaban udaranya 60°, ketinggian tempatnya 550mdpl, suhunya 21°C, luas areanya 1ha, kemiringannya 65 lux, dan warna tanahnya coklat gelap. Pada lokasi atas II terdapat jenis tanaman Kelapa, Albasia, singkong, Nilam. Pola tanamnya tumpang sari, jarak tanam Albasia 2x2m, pH tanahnya 7, dominasi tanamannya adalah singkong, tekstur tanahnya lempung berpasir, kelembaban udaranya 50°, ketinggian tempatnya 548 mdpl, suhunya 21°C, luas areanya 0,06ha, kemiringannya 5,5%, intensitas cahayanya 45 lux, dan warna tanahnya coklat gelap. Pada lokasi atas III terdapat jenis tanaman Singkong, Lumbu, Albasia, dan Andong. Pola tanamnya tumpang sari, kjarak tanam singkong 50x50cm, lumbu 50x50cm, dan albasia 2x2m. pH  tanahnya 7, dominasi tanamannya adalah singkong, tekstur tanahnya lempung berpasir, kelembabannya 50°, ketinggian tempatnya 545 dpl, suhunya 22°C, luas areanya 0,015ha, kemiringannya 3,3%, intensitas cahayanya adalah 56 lux, dan warna tanahnya coklat gelap.
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 - 3500 mm/th dan merata sepanjang tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan gembur kaya akan humus. Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm, tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm. Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm dan tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm.
Tanaman durian tumbuh optimal pada ketinggian 50-600 m dpl,intensitas cahaya 40-50 %, dengan suhu 22-30 0C, curah hujan ideal 1.500 - 2.500 mm per-tahun. Tanah yang cocok, lempung berpasir subur dan banyak kandungan bahan organik, dan pH 6 - 7. Jarak tanam yang umum 8 x 12 m atau 10 x 10 m.
Kendala budi daya bawang putih dataran rendah ialah bila tak terpenuhinya cuaca yang sejuk dan kering saat pembentukan umbi. Untuk mengakalinya, bawang putih ditanam pada bulan Mei, Juni, atau Juli. Menanam pada musim hujan tak dianjurkan karena tanah jadi terlalu basah dan temperatumya tak baik untuk pertumbuhan umbi. Tanah yang disukai bawang putih pH-nya 6,5-7,5. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam harus diberi kapur dahulu hingga mendekati netral.
Tanaman Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa. Kelapa akan tumbuh dengan baik pada rH bulanan rata-rata 70-80% minimum 65%. Bila rH udara sangat rendah, evapotranspirasi tinggi, tanaman kekeringan buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila rH terlalu tinggi menimbulkan hama dan penyakit. Tanaman kelapa tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti aluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi paling baik pada endapan aluvial. Kelapa dapat tumbuh subur pada pH 5-8, optimum pada pH 5.5-6,5. Pada tanah dengan pH diatas 7.5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi besi dan mangan. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar (0-3%). Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi (3-50%) harus dibuat teras untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi, mempertahankan kesuburan tanah dan memperbaiki tanah yang mengalami erasi. Tanaman kelapa tumbuh baik didaerah dataran rendah dengan Ketinggian yang optimal 0-450 m dpl. Pada ketinggian 450-1000 m dpl waktu berbuah terlambat, produksi sedikit dan kadar minyaknya rendah.
Tanaman kelapa, singkong, lumbu, albasia, andong, Durian, cesin, dan nilam cocok untuk ditanam pada lokasi ini. Penanaman sesuai dengan budidaya yang ideal sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

VI.          KESIMPULAN

1.    Teknik transek adalah teknik untuk melakukan pengamatan secara langsung lingkungan dan sumber daya, dengan cara berjalan menelusuri suatu wilayah mengikuti suatu lintasan tertentu.
2.    Hasil pengamatan pada lokasi bagian bawah terdapat tanaman tomat,timun, singkong. Pertanaman tomat dan timun secara tumpang sari sedangkan pertanaman singkong monokultur.
3.    Hasil pengamatan pada lokasi bagian tengah terdapat tanaman jagung, cabai, cesin, padi, bawang merah, dan kacang panjang. Tanaman jagung dan kacang panjang secara monokultur, cabai tumpang sari dengan cesin, padi tumpang sari dengan bawang merah.
4.    Hasil pengamatan pada lokasi atas terdapat tanaman singkong, lumbu, albasia, andong, kelapa, nilam, durian, dan cesin. Lokasi atas semua merupakan pertanaman tumpang sari.


VII.        DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, J. Y., 1990, Ekologi Tropika, ITB Bandung, Bandung.
Kimball, J. W., 1983, Biologi Jilid 3, Erlangga, Jakarta.
Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Soetjipta, 1993, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti, Yogyakarta.
Analuddin, 1997. Analisis Vegetasi pada Beberapa Tegakan di Ngandung Lereng Merapi Kaliurang dan KRPH 19 Banaran, Playen Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skipsi S1 UGM, Yogyakarta.
Bazzaz, F.A., and Picket, S.T. A, 1980. Physiological Ecology of Trophical Succession A Comparison Review, Ann. Rev, Ecol Syst.
Barbour, M. G., Burk, J. H and Pitts, W. D., 1999. Teresterial Plant Ecology, Third Edition, California, U. S. A.